Mendengar pertanyaan itu, sang hakim
menjawab sebagai berikut, “Jika setiap orang yang mempunyai otak
cemerlang mendapat rezeki yang layak, dan setiap orang yang bodoh tidak
mendapat rezeki yang layak, maka akan timbul sebuah asumsi bahwa seorang
yang mempunyai otak cemerlang dapat memberikan rezeki kepada temannya.
Akibatnya, setelah orang lain tahu dan berpandangan bahwa yang dapat
memberi rezeki itu adalah temannya sendiri, maka tidak ada artinya usaha
yang mereka lakukan untuk mendapat rezeki tersebut.”
Semua rezeki yang ada itu berasal dari
Allah karena Allah adalah ar-Razzaq (Maha Pemberi Rezeki). Allah
memberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Firman Allah, “Allah
melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkan (bagi
siapa yang Dia kehendaki),” (QS ar-Ra’d [13]: 26).
Rezeki merupakan salah satu rahasia
Allah dari tiga hal lainnya, yaitu umur, jodoh, dan kematian. Ia tidak
dapat dikalkulasi dengan nalar manusia.
Allah SWT telah menjamin rezeki setiap
makhluk-Nya. Setiap manusia yang terlahir ke dunia sudah dilengkapi
dengan rezeki masing-masing. Oleh karena itu, selayaknyalah kita tidak
perlu cemas mengenai rezeki. Persoalan rezeki telah diatur oleh Allah
SWT.
Ada empat tingkatan cara Allah memberi rezeki.
Pertama, rezeki tingkat
pertama (yang dijamin oleh Allah), “Dan tidak satu pun makhluk bergerak
(bernyawa) di atas bumi ini melainkan semuanya dijamin Allah
rezekinya,” (QS Hud [11]: 6). Artinya, Allah akan memberi kesehatan,
makan, dan minum untuk seluruh makhluk hidup di dunia ini. Ini adalah
rezeki dasar yang terendah.
Kedua, rezeki tingkat
kedua, “Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah
diusahakannya,” (QS an-Najm [53]: 39). Allah akan memberi rezeki sesuai
dengan apa yang dikerjakan hambanya. Jika kerja lebih lama, lebih rajin,
lebih berilmu, lebih sungguh-sungguh, ia akan mendapat lebih banyak.
Tidak pandang dia itu Muslim atau kafir.
Ketiga, rezeki tingkat
ketiga, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah
(nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti
azab-Ku sangatlah berat.” Inilah rezeki yang disayang Allah.
Keempat, rezeki tingkat keempat (selalu berusaha dan ikhtiar)“
Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya
jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah
niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)Nya….(QS ath-Thalaq [65]: 2-3).
Hal penting yang perlu dilakukan sebagai
manusia yang diberi akal budi, kita tetaplah harus berikhtiar, berusaha
untuk mendapat rezeki itu. Terlepas nanti apakah rezeki kita banyak
atau tidak, itu dikembalikan kepada Allah. Tugas kita bukanlah untuk
berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba karena di dalam mencoba itulah
kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil.
ikhtiar itu bukan
penyebab datangnya rezeki, tapi rezeki itu datangnya dari Allah.
Rezeki Itu Jaminan Allah
Tugas Manusia Adalah Mencari Rezeki